Halaman

Senin, 19 Agustus 2013

syukuri hidup

Sekarang ini, banyak orang yang tidak mensyukuri hidup. Mereka bilang "saya bosan hidup" atau "tidak ada gunanya hidup lagi". Kali ini saya akan menceritakan sebuah kisah. Semoga bermanfaat...

      Disebuah desa, hiduplah seorang laki laki bernama Pak Budi. Dia merasa hidupnya sudah tidak berarti lagi dan bosan hidup. Pak Budi lalu pergi ke seorang ustad.

Pakbudi : "Pak ustad, saya ini sudah bosan hidup. Istri saya belum bisa membahagiakan saya.                   Anak saya......"

      Pak budi lalu menceritakan masalahnya kepada si ustad.

Ustad : "Jadi kamu bosan hidup?"
Pak Budi : "Iya"
Ustad : "Kalau kamu bunuh diri akan masuk neraka. Tapi kalau saya yang membunuh, saya masuk .             neraka"
Pak Budi : "Lalu bagaimana?"
Ustad : "Kalau saya harus mengantar anda mati, saya tidak sanggup"

      Setelah mendengarkan perkataan ustad tadi, Pak Budi pulang ke rumah. Tetapi hanya berselang satu minggu, Pak Budi menemui ustad yang kedua. Sama seperti saat bertemu ustad yang pertama, dia menceritakan masalahnya yaitu bosan hidup.

Ustad : "Bosan hidup? kamu sayang tidak sama anak istrimu?"
Pak Budi : "Saya sayang, tetapi  sepertinya saya sudah tidak kuat untuk hidup."
Ustad : "Ya sudah. Itu keputusanmu, saya akan menolong. Ini saya beri minuman. Minuman yang                 airnya keruh kamu minum nanti sebelum tidur. Yang airnya jernih kamu minum besok                 ketika kamu akan mati."
Pak Budi : "Terima kasih pak ustad. Kalau yang hitam itu?"
Ustad : "Ini kopi buat saya bukan buat kamu"
Pak Budi : "Oh, maaf"

      Setelah sampai dirumah, Pak Budi langsung meminum air yang keruh. Dihabiskanlah minuman itu. Pak Budi merasa mengantuk lalu tertidur setelah meminum air tersebut. Pagi hari, Pak Budi terbangun. Dia langsung menyiapkan makanan untuk istri dan anaknya. Istrinya yang baru bangun terkejut melihat tingkah laku suaminya yang berubah.

Istri : "Maaf suamiku. Aku belum bisa membahagiakanmu"
Pak Budi : "Iya tidak apa apa"

      Semakin heranlah istrinya ketika melihat Pak Budi sebelum bekerja berjabat tangan dengannya, mencium kepala anak anaknya. Dikantor Pak Budi juga tidak seperti biasanya. Dia murah senyum, selalu menyapa teman teman dikantor, bahkan memberi sedikit uang kepada satpam kantor. Sepulang dari kantor, Pak Budi telah ditunggu oleh istri di depan rumah.

Istri : "Maaf suamiku. Aku belum bisa membahagiakanmu"
Pak Budi : "Iya, aku juga minta maaf"

      Tibalah saatnya Pak Budi untuk meminum minuman yang airnya jernih. Tetapi tiba tiba Pak Budi Berfikir

Pak Budi : "Kalau saya meminum ini, saya akan mati. Tapi bagaimana dengan nasib anak dan istri                       saya nanti?"
      Akhirnya Pak Budi mengurungkan niatnya untuk meminum pada malam itu. Keesokan harinya Pak Budi Menemui ustad yang kedua. Dia berkata

Pak Budi : "Pak ustad, saya sebetulnya ingin meminum air ini. Tapi perasaan saya hari ini itu seperti                      lebih tenang. Saya lalu tidak jadi minum. Bagaimana ini?"
Ustad : "Sebetulnya kamu ini menderita penyakit kurang silaturahmi. Kamu merasa dijauhi oleh                       orang sekitar. Padahal yang membuat jauh adalah kamu sendiri. Oleh karena itu kamu harus                 lebih meningkatkan silaturahmi. Selain itu, supaya hidupmu berharga, kamu harus menjalani               hidup seperti itu adalah hidupmu yang terakhir."
Pak Budi : "Jadi begitu. Saya harus lebih memperbaiki diri."
Ustad : "Bagus itu. sekarang minum air jernih yang aku berikan kemarin."
Pak Budi : "Apa? Kalau saya minum, saya akan mati ustad !!!"
Ustad : "Sudah minum saja. Dibagi dua, saya juga ikut minum"

      Mereka berdua lalu meminum bersama air jernih tersebut.

Pak Budi : "Kok rasanya kayak air putih, ustad?"
Ustad : "Lho, emang itu air putih biasa. Memang kamu kira apa?"

Dari cerita tersebut kita bisa mengambil hikmah bawa "Jalani Hiduplah seperti kamu akan mati hari ini" serta "Syukuri hidup yang kita jalani, Jangan banyak mengeluh". Next, Saya akan memposting cerita yang mengandung makna berikutnya.... :)